Home » » Petani Didorong Tinggalkan Varietas Padi Ciherang

Petani Didorong Tinggalkan Varietas Padi Ciherang

Written By Unknown on Selasa, 18 Agustus 2015 | 15.41

 Kepala balai besar penelitian tanaman padi, Balitbang RI, Ali Jamil mengharapkan agar para petani sedapat mungkin segera meninggalkan penggunaan varietas padi ciherang untuk sawahnya, dengan menggantinya pada penggunaan varietas padi inpari (inbrid padi irigasi). Pasalnya, padi varietas inpari itu diyakini jauh lebih unggul ketimbang mutu yang dimiliki oleh padi varietas ciherang tersebut.
"Tentu harapan kita, petani jangan lagi menggunakan varietas ciherang itu, karena kita memang tidak ingin lagi petani kita dalam bertanam menggunakannya," ungkapnya kepada MedanBisnis, Kamis (13/11) di Medan.

Ali menjelaskan, kelebihan pada varietas padi inpari itu ialah karena telah memiliki sifat yang unggul. Sebab dalam penciptaannya, varietas inpari tersebut berasal dari indukan ciherang, tetapi sudah dimasukkan sifat-sifat unggul varietas padi lainnya sehingga kekuatannya akan lebih bagus.

"Padi inpari ini maksudnya padi irigasi, jadi bukan padi hibrida. Ia sebenarnya turunan ciherang yang kita perbaiki sifatnya. Misalnya inpari 30 yang kita sebut sebagai ciherang sub one, artinya sub ini adalah sub urgen atau tergenang yang berarti relatif lebih toleran terhadap rendemen (genangan)," jelasnya.

Sejauh ini, sejak dirilis pada tahun 2013 yang lalu lanjut Ali, varietas padi inpari sudah memiliki banyak jenis yang berbeda-beda fungsi penggunaannya. Dengan yang terbaru adalah Inpari 30, 31 dan 33, yang penggunaan fungsinya dapat disesuaikan sesuai dengan kode nomor, sehingga petani tinggal memilihnya saja sesuai dengan kebutuhan.

"Misalnya untuk dataran tinggi diatas 901 mdpl, ada varietas inpari 26, 27, dan 28. Atau untuk beras merah, yaitu inpari 24," sebutnya.

Namun begitu, ujar Ali, hingga kini para petani masih condong untuk menggunakan varietas ciherang ketimbang inpari. Meskipun, sosialisasi untuk penerapannya, seperti halnya display di lapangan, sudah dilakukan supaya nantinya dapat dicontoh oleh petani.

"Jika kita lihat dipetani varietas yang paling banyak digunakan adalah ciherang. Ini kan sosial, tidak mudah memindahkan sesuatu apabila masyarakat sudah terbiasa dan merasakan enaknya. Jadi kita harap semua pihak, mulai dari media, pemerintah, hingga swasta dapat mensosialisasikan informasi ini kepada petani," pintanya.

Mengenai jumlah padi yang dapat dihasilkan, tambah Ali, meskipun relatif rata-rata jumlahnya masih sama dengan ciherang, tetapi dalam hal produktivitas, varietas inpari dinilai dapat lebih tinggi.

"Ia bisa diatas 7 ton per hektarenya. Sebab ia memang mirip ciherang. Hanya saja penanamannya sudah lebih unggul, karena inpari ini adalah sifat ciherang yang sudah kita perbaiki," pungkasnya.

Sumber : medanbisnisdaily.com
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. Ayo Tani - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger